tag:blogger.com,1999:blog-4221098610292665442024-03-14T01:17:47.405-07:00CINTABASSAM (Hikayah Cinta Alief As-Syauqi)ramuan cinta Ilahi Robbi yang masih terselubung dalan hati dan aQli '_', biarkan kami tersenyum dalam wadah yang tersenyum pada senyuman... yang mrindu pada hati yang merindukanku...alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.comBlogger10125truetag:blogger.com,1999:blog-422109861029266544.post-89856500024148592482010-07-14T20:12:00.000-07:002010-07-14T20:16:07.970-07:00<div class="blogger-post-footer">jangan cuman ngopi ya...., tolong beri koment dong, agar semuanya tampak halal, ya...setuju gak....?</div>alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-422109861029266544.post-57005429191722488342010-04-09T10:03:00.000-07:002010-04-09T10:05:50.132-07:00<div style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 14.2pt;"><b><u><span style="font-size: 22pt;">S</span></u></b><b><u><span style="font-size: 19pt;">udah</span></u></b><b><u><span style="font-size: 20pt;"> </span></u></b><b><u><span style="font-size: 15pt;">Diakah</span></u></b><b><u><span style="font-size: 14pt;"> </span></u></b><b><u><span style="font-size: 21pt;">S</span></u></b><b><u><span style="font-size: 18pt;">u’adahku ?<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><u><span style="font-size: 18pt;">[1]</span></u></b></span></span></a><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></u></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 14.2pt;"><b><span style="font-size: 9pt;">(Bq. Alief Al-kendariy<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 9pt;">[2]</span></b></span></span></a>)<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><b><span style="font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-size: 10pt;">Dari kejauhan ujung jalan raya, terlihat bayangan sosok pemuda yang berjalan penuh rasa riang dan semangat, begitu bahagianya sampai terpancarkan senyuman dalam percikan cahaya lampu jalan yang dilewatinya. Keremangan yang sedikit menguning itu memberikan syahdu yang berbeda sore itu. <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> sedikit tawa ringan terdengar dari bayangan pemuda itu. Tawa canda yang agak romantis, begitu indah kata-kata lirihnya saat kumendengar sedikit syair-syair cinta yang melocat dari bibirnya, pemuda itu mulai mengarah cepat ke arahku, ternyata aku tidak mengenalnya sama sekali, dengan sedikit senyuman dia bertanya. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Bisa pinjam pulpennya mas?” tangannya masih memegang telepon genggam, ternyata dari kejauhan tadi dia lagi nelpon seseorang, aku gak tau siapa seseorang yang bisa membuat pria itu menjadi bahagia seperti itu, aku berfikir sejenak, apakah seorang itu malaikat ataukah bidadari yang dititipkan pada pria ini, lamunanku pun melayang kemana-mana. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“Mas…Mas”, eh maaf mas, ini pulpennya, lamunankupun buyar seketika itu juga. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“Mas geser sedikit dong…!”, dengan tanpa ada rasa curiga sedikitpun dia kemudian mengambil posisi duduk tepat di sebelahku, ya soalnya hanya ada satu bangku kecil di <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">sana</st1:city></st1:place>, hanya cukup untuk dua orang, <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“Emmmh… mas jam berapa ya sekarang?” Tanyaku sdikit berbisik pada pria itu, tapi dia sama sekali tidak menghiraukan pertanyaanku, tak ada <i>gubrisan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[3]</span></b></span></span></a></i> sedikitpun, dia tetap fukus dan serius mendengarkan kata demi kata yang keluar dari sound HPnya, aku jadi penasaran apa sih yang didengar dan ditulisnya, gejolak ini makin menggebu untuk ingin mengetahui tulisan apa yang ia ukir di atas kertas kusut yang diambil dari dalam saku celana jeansnya saat kerutan keningnya makin ikut mengerut serius saat itu, sepertinya kabar yang sangat berharga, bak menemukan alamat harta karun dari dasar bumi, atau kabar datangnya bidadari dari langit, ah lamunanku keterlaluan ya…, bisik hatiku pelan sambil menggeleng-geleng kecil. Aku yang duduk di sampingnya terus menyimpan ribuan tanda tanya padanya, sesekali mataku melirik ke arah kertas itu, baru ada lima baris yang ditulisnya, kurang jelas untuk di baca dari arah samping, tulisannya berantakan, entah ia hendak melanjutkan tulisannya atau tidak, ia berhenti sejenak, tangannya begitu erat menggenggam penaku itu dan tiba-tiba makin berubah erat dari sebelumya, kok tak seperti genggaman para penulis biasa sih, kaya megang pisau aja?, aneh kurasa.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;"> “Makasih ya Mas….”, teriaknya sambil melemparkan pena dengan pelan ke arah tas dalam pangkuanku dan bergegas lari tergesa-gesa ke arah awal dia kesini tadi, aku lebih baik diam kalau begini. Aku tak tahu apa yang dikehendaki oleh Allah olehnya, sebegitu bencikah Allah dengannya atau denganku, atau justru sebaliknya menjadi kasih sayang yang belum melintas di benak kami, pria yang awalnya kulihat bayak menaburkan rasa riang dan penuh benih cinta dengan lawan bicaranya di HP tadi tiba-tiba susah dan sedih dalam sekejap angin lalu dan meninggalkanku sendirian di bangku kayu itu bersamaan dengan berkumandangnya Adzan Maghrib dari menara-menara masjid dan menggema di semua petala langit desa Keputih, begitu cepat pertemuan itu, tapi mengapa harus adzan maghrib yang memisahkan kita, kok bukan hujan, atau gempa bumi saja, bisiku sedikit mengerutkan dahi. Aku yang masih terdiam, hanya bisa merenung mengharap ada jawaban Allah saat itu, jawaban dengan beribu hikmah dalam kebingunagan yang sulit untuk menjadi bahan berfikirku. Pandanganku masih mengikuti arah pemuda itu, makin jauh, terus ke ujung jalan dan sedikit demi sedikit menghilang di telan bumi, rasanya tak ada gunanya memaggilnya untuk kembali lagi, apalagi Cuma sekedar Tanya nama tau menanyakan apa yang terjadi dengannya, bagaimana tidak pertanyaanku saat dia dekat di sampingku tadi saja tidak digubrisnya apalagi ketika jauh seperti itu. Ya Allah apa maksud semua ini Ya Allah…? Mudahkanlah hamba untuk mencari hikmah di balik semua ini.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">Wah kayaknya sudah pukul 18.00 nih atau paling tidak lebih sedikit lah, tegasku menjawab pertanyaanku yang sempat tidak terjawabkan oleh pemuda tadi itu, paling tidak kan Allah yang memberi Jawabannya lewat lantunan Adzan Magrib yang indah ini, mega merah yang mulai tenggelam hitam sepertinya ingin mengajakku melangkah ke masjid, dan dengan langkah yang masih mengharapkan Ridho Ilahi Rabbi, ku hampiri Rumah Allah dengan rasa yang sulit aku ugkapkan saat ini, tak ada langkah yang ku lewati kecuali hentakan dzikir yang senada dengan detak jantung ini, “Allah…Allah…Allah…”, hampir sampai di depan masjid, masih sejalur dengan jejak yang dilalui pemuda misterius itu, kutemukan sampah serpihan kertas yang berserakan di depan gerbang masjid, kok gak ada yang bershikan sih? Tanyaku sedikit <i>geremeng<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[4]</span></b></span></span></a></i>, tanpa banyak berfikir akupun langsung mengambilnya dengan niat untuk membersihkan sampah-sampah itu <i>Lilahi Ta’ala</i>, kertas yang telah disobek-sobek menjadi lima bagian, kaya orang gak ada kerjaan saja. Akupun mencari-cari tampat sampah yang ada disekitar itu. Tak satupun tempat sampah yang kutemukan di gerbang depan masjid Al-Kautsar itu.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“Allahu Akbar….Allahu Akbar…. Asyhadu Anlla ilaha illalllah…” belum sempat aku membuang sampah itu, Iqomah mulai berdengung cepat, menandakan Sholat akan segera dimulai, terpaksa sampah-sampah itu ku masukkan dalam saku kemejaku lalu bergegas mengambil air wudhu. Bertemu air wudhu’ rasanya suatu kesegaran tersendiri bagiku, bukan hanya segar di kulit, sejuk juga terasa di hati ini, semoga dosa-dosa anggota wudluku terhapus lewat aliran air yang menyimpan seribu makna ini. ketinggalan satu rakaat bagiku gak masalah, mendingan jadi makmum <i>masbuk<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[5]</span></b></span></span></a></i> dari pada <i>munfarid<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[6]</span></b></span></span></a></i> , Sholat jamaah bagiku adalah yang terpenting, banyak faedah yang kudapatkan di <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">sana</st1:city></st1:place> walaupun harus berada di sahaf akhir dan tidak mendapatkan faedahnya Shaf awal. Surat <i>Al</i>-<i>Ikhlash</i> usai di baca oleh imam, terus ruku’, begitu serentak para jama’ah mengiuti imamnya, sangat rapi kelihatannya, kemudian semuanya sujud. Aku merasakan ada yang beda di <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">sana</st1:city></st1:place>, saat manusia kelihatan di bawah, kekhusu’an yang menghawakan udara masjid membuatku merinding, apa karena posisiku yang masih berdiri dan merasa tinggi dari mereka yang sujud?. <i>Asstaghfirullah</i> betapa sombongnya diriku jika bisikan alam dan hawa ‘<i>isya’aini</i> ini mengatakan iya pada makhluk yang lainnya. Lalu mereka bangkit dari sujud dan imam pun memulai bacaan <i>Fatihahnya</i> dengan <i>fasih<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[7]</span></b></span></span></a></i> di rakaat yang kedua, Akupun masuk di terngah-tengah shaf kosong dan aku sadar bahwa saat ini, mereka berdri sepertiku, kalau saat orang beribadah pada-Nya semua sama, tak ada yang berbeda, siapapun dia, semua sama di hadapan Allah. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“<i>Allahu Akbar</i>…” kumulai takbirku dengan sekuat mungkin berusaha untuk <i>khusu’</i> dan <i>Khudu’</i>, <i><o:p _moz-userdefined=""></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“Ghoiril Maghdluubi ‘Alihim Walladl-Dlooliin…</span></i><span style="font-size: 10pt;">” Indah, imam mengakhiri fatihahnya dengan nada sedikit panjang dan bergelombang.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ <i>Aaamiin</i>….” Serentak para makmum menyahut juga menggetarkan masjid dan sudah kebiasaanku, akupun tak lupa menyelipkan doa sebelum jawaban <i>Fatihah </i>itu. Doa agar bertemu dengan jodoh yang telah lama Allah rahasiakan padaku, wanita yang mencintaiku karena mencintai Allah dan Rasul-Nya. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">Surat An-Nas kemudian dibaca oleh imam, akupun mendengarkannya dengan seksama, sesekali kuterjemahkan ayat demi ayat yang bagiku sangat lebih dari sekedar puitis itu. Ini adalah firman Allah yang megingatkanku agar tidak terjebak oleh rayuan setan dan membuat aku was-was dalam sholat, tapi kenapa semakin aku berpikir untuk <i>husnudzan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[8]</span></b></span></span></a></i> , semakin membuatku was-was dalam sholat, kucoba, lagi dan terus kocoba hingga Ruku’pun menunduk. Dan ternyata tak kusadari dalam ruku’ku itu tiba-tiba dua recehan coin Rp 500,- bersama serpihan-serpihan sampah kertas tadi jatuh ke lantai, dan gemercingnya pun memecah usaha dalam khusu’ku sejak awal sholat tadi. Apa ini benar-benar balasan dari <i>Su’udzanku<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[9]</span></b></span></span></a></i> pada ayat-ayat Allah dalam Sulat An-Nas tadi atau mugkin Allah memiliki jawaban yang lain dari ini? Tanyaku dalam hati. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">Tanpa segaja aku melihat serpihan kertas yang kupungut di depan masjid tadi, ada tulisan tergores di <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">sana</st1:city></st1:place>. Ku coba untuk tidak membacanya, khawatir menggagu sholatku. “Rasaya aku pernah melihat tulisan ini”, tanyaku penasaran dalam hati, “tapi dimana ya…?” Otakku berusaha beradu dalam hati lagi, gerak demi gerak dalam sholat terus berlangsung, hingga aku menyempurnkan satu rakaat <i>masbuk</i>ku tadi. Sholat tanpa imam dan ditambah adaya penasaran yang mendalam tentang kertas dan tulisan ini membuat aku sedikit mempercepat gerak sholatku. Tak terhindarkan lagi bujukan setan di otak ini, dan tak terarahkan lagi <i>zaugh</i> dalam hati ini. Sabarku mulai ciut karenanya. Dan ku akhiri sholatku dengan salam, Aku yakin hanya Allah yang bisa membalas burukya ibadahku pada-Nya. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">Sebagian Jama’ah lain telah selesai sholat <i>sunnah</i> <i>Ba’diyyah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[10]</span></b></span></span></a></i> dan satu persatu mulai meinggalkan masjid, aku yang sejak tadi terus memaksa berfkir tentang kehendak Allah ini, langsung megambil kertas dan koin tadi. Bergegas keluar masjid dan duduk di serambi masjid. Ku susun potongan kertas yang seharusnya aku buang itu, seperti main <i>puzzle<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[11]</span></b></span></span></a></i> aja, dan ternyata benar dugaanku waktu sholat tadi. Kalau tulisan itu pernah aku lihat sebelumnya, ternyata tulisan <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">lima</st1:city></st1:place> baris yang berantakan itu. Semakin gak jelas dengan kusutnya kertas itu. “<i> Masya Allah</i> inikan tulisan pemuda aneh sore tadi. Akupun menyambung-nyambung Kertas itu, agar tulisannya dapat dibaca, ternyata ada tambahan di bawahnnya, <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 8pt;">·<span style="font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span style="font-size: 8pt;">SABAR<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 8pt;">·<span style="font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span style="font-size: 8pt;">JUJUR<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 8pt;">·<span style="font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span style="font-size: 8pt;">ORANG yang jauh<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 8pt;">·<span style="font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span style="font-size: 8pt;">BUKAN mahasiswa IAIN<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 8pt;">·<span style="font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span style="font-size: 8pt;">Bukan PUTRA kiyai<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 72pt;"><b><span style="font-size: 8pt;">DEPAN Warung Es pisang ijo <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">MARINA</st1:placename> <st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">Plaza</st1:placename></st1:place><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 72pt;"><b><span style="font-size: 8pt;">Jam 8 pagi</span></b><b><span style="font-size: 7pt;"> </span></b><b><span style="font-size: 8pt;"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="position: relative; z-index: 1;"><span style="height: 95px; left: 461px; position: absolute; top: -18px; width: 85px;"><img height="95" src="file:///C:/DOCUME%7E1/dipoNET/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/06/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="85" /></span></span><span style="font-size: 10pt;">Aku tambah bertanya-tanya apa maksud semua tulisan ini, kenapa semakin Allah menjawab pertayaan hatiku, semakin bertambah pertanyaan di hati ini?, gelisah dan bingung menggerogoti jiwaku. Aku heran kenapa pemuda itu membuang dan menyobek-nyobek kertas ini, dan kenapa juga dia lari tergesa-gesa setelah menulis itu. Ya Allah berilah petunjuk-Mu ya Allah. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">Aku yang sedikit kewalahan sempat berbaring sejenak di serambi masjid, sambil menunggu masuknya Waktu Isya’. Dalam tudurku yang sebentar, aku sempat bermimpi, bertemu dengan seorang wanita yang begitu anggun dengan pakaian pink muslimahnya, dia tersenyum padaku dan hendak bersalaman, namun belum sempat ia bersalaman denganku, dentuman bedug membuyarkan lelap mimpiku, aku langsung kaget dan terbangun. Melihat-lihat sekitar berharap bukan sebuah mimpi, tapi tak seorangpun yang berkerudung pink di <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">sana</st1:city></st1:place>. Ah inikah bisikan-MU Ya Allah. Berkumandanglah Adzan Isya’ di corong-corong masjid Al-kaustar. Aku Wudhu dan kembali menunaikan Sholat <i>Maktubah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[12]</span></b></span></span></a></i>, kali ini utuh, bukan masbuk lagi. <i>Alhamdulillah</i>, Getirku makin yakin. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">Usai sholat aku bertanya pada seorang jama’ah, tentang tulisan terakhir kertas tadi. Dia pun memperlihatkan tulisan itu “<st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">Warung</st1:placename> <st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">Es</st1:placename> <st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">Pisang</st1:placename> <st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">Ijo</st1:placename> <st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">Marina</st1:placename> <st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">Plaza</st1:placename></st1:place>”, <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Ooo… itu di jalan Ahmad Yani Mas, tepat di belakang Giant Mall Surabaya, di sana ada Plaza Marina”, jawab bapak sepuh yang sekaligus menjadi takmir masjid itu, <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Terus Warung Es pisang Ijonya?”, tanyaku kurang puas,<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Kalau warung itu biasanya banyak berjejer tepat di <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">sekitar</st1:placename> <st1:placetype _moz-userdefined="" w:st="on">Plaza</st1:placetype></st1:place> itu.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Ooo… makasih ya pak”, balasku sedikit lega.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">***<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">Pagi hari di Ahmad yani, aku makin penasaran dengan dengan sumber kata-kata ini, siapakah dia yang membuat pria misteri itu menjadi putus asa, tepat pukul delapan pagi, aku berdiri di depan Marina Plaza, ternyata masih sepi pengunjung di plaza itu, kayaknya baru buka setengah jam lagi, lalu lalang kendaraan membuatku harus memilih diantara ribuan pengendara, adakah dia diantara mereka, selang beberapa menit ada gerobak Es yang lewat depan Plaza, aku yang mulai haus dalam kerongkongan langsung menghampirinya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Pak esnya pak..!” teriakku sambil melambaikan tangan.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Sejenak gerobak itu berhenti dan menunjuk ke arah dua pohon palm yang sangat besar, sepertinya dia menyuruhku ke <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">sana</st1:city></st1:place>, bapak itu pun terus mendorong gerobaknya ke arah pohon palm itu. Sepertinya dia sudah biasa membuka warung di bawah pohon itu, <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“Mau minum es ya mas?” Tanya bapak itu menawarkan sambil memarkir grobaknya tepat diantara dua palm itu. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“Iya pak, emang ada es apa aja pak, kok gak ada tulisannya di gerobak bapak…?” balasku heran sedikit santai.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“Ya belum ada lah mas, sa belum pasang pi juga kain ma tendanya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[13]</span></b></span></span></a></span></i><span style="font-size: 10pt;">” jawabnya kental dengan logat makassarnya, <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“ lho...kita orang makassar ta pak…</span></i><span style="font-size: 10pt;">?<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[14]</span></span></span></a> Tanyaku imbangi logat makassarnya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“</span></i><span style="font-size: 10pt;"> <i>Iyo to…, <st1:state _moz-userdefined="" w:st="on">kan</st1:state> sa jual Es pisang Ijo, Makanan Khasnya ji <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on">Makassar</st1:place> di sini</i>, <i>saya Asli makassar toh</i>.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[15]</span></span></span></a>” Senyumnya menyebar.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“Sama ji pak, kalau saya dari kendari ji juga pak…,dekatnya makassar ji, kasi satu es pisang ijonya ta pak…</span></i><span style="font-size: 10pt;">!<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[16]</span></span></span></a>”<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“ Ooo pantasan ko bisa juga pake bahasa Makassar, ternyata kita orang sana ji juga dih, ini esnya mas<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[17]</span></b></span></span></a>”<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“ Makasih pak,” <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">Belum lama aku menyicipi es itu tiba-tiba, ada seorang wanita dengan sepeda motor kawasakinya berhenti tepat di depan warung es itu, aku makin heran dengan gerak-geriknya yang agak gelisah, sepertinya dia menunggu seseorang di sana.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“Neng…hari ini mau bungkus es berapa nih…?” Tanya bapak itu, dengan sedikit seyuman paginya. Sepertinya dia sudah menjadi pelanggan tetapnya di sini.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Dua aja ya pak, yang satu gak pake es !” suaranya merdu, menusuk ke dalam hati ini. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“ </span></i><span style="font-size: 10pt;">Pak kok tak di suruh masuk sih, <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:state _moz-userdefined="" w:st="on">kan</st1:state></st1:place> kasihan kepanasan nanti dia di luar ?”, tanyaku sedikit berharap.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“ Ooo neng itu to… biasa ji da tunggu temannya di situ<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[18]</span></b></span></span></a>, trus…dia jarang mau juga masuk ke sini”<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Neng ini esnya,”<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Makasih ya pak, ini uangnya, O ya pak, gak lihat temanku datang ke sini ya…?” Tanya gadis itu sangat menanti.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Dari tadi temannya neng yang biasa ke sini tu belum datang, sejak aku buka warung, baru ada satu pembeli tuh di dalam, tapi kayaknya bukan temannya neng deh”.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ O gitu ya…,” jawabnya halus sambil melihat jam tangan di lengannya. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Ya udah pak aku tunggu di dalam aja, boleh ya pak ?!”<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Ya boleh lah neng, monggo neng…!” kata pak tua, nadanya guyon.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Makasih pak…”<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on"><span style="font-size: 10pt;">Ada</span></st1:city></st1:place><span style="font-size: 10pt;"> yang berbeda terasa dalam diriku, rasanya kepala ini tersiram air hujan, sejuk dalam detakan jantung yang makin tak teratur. <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> apa dengan diriku?. Apakah ini jawaban dari Allah. “Sudahlah mendingan aku menunggu orang yang aku cari dari tadi”. Bisikku tegar.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“ Berapa mi ini esnya pak?<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[19]</span></b></span></span></a>”<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“ Biasa… Rp.5000 ji<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 10pt;">[20]</span></b></span></span></a>, special buat orang kendari”</span></i><span style="font-size: 10pt;"> jawabnya sedikit guyon.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ O… Iya pak warung Es pisang ijo yang di depan <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">Marina</st1:placename> <st1:placename _moz-userdefined="" w:st="on">Plaza</st1:placename></st1:place> itu mana ya pak…kok dari tadi gak buka sih? Tanyaku penasaran. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Warung Es Pisang Ijo yang di depan Plaza itu ya ini mas, kalau yang itu warung es kacang ijo, hanya saja tulisan ‘kacang’nya sudah pudar, itu bukanya jam sepuluh”. Terang pak tua padaku.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ O… jadi warung yang aku cari dari tadi ini ya pak…? Terkejut, mulai susah pakai logat makassarnya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“Masya Allah, Apa….?” Ah masa dia sich, aku kemudian melirik wanita yang sejak tadi menunggu temanya itu. Dia sedang menulis sesuatu. Entah apa yang ditulisnya di balik buku La-Tahzannya, serius banget. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;"> Aku semakin yakin kalau dialah wanita yang aku cari selama ini. Aku lalu bertanya sedikit pada bapak tua itu, “ Pak kenal wanita itu gak?”, lirih dalam bisikan. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Ya iya lah, dia itu putrinya Kiyai Ma’sum desa sebrang <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">sana</st1:city></st1:place>, dia tuh baik mas, sering membantu pedagang disekitar sini”, jawab bapak itu sambil mengelap gerobak Esnya yang sedikit bedebu. Aku langsung tercengang minta ampun, rasanya hati ini di siram air esnya pak tua. “Huuf…”, hembusanku laga. Berikan Hamba kekuatan Ya Allah. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“<i>Bismillahirahmanirrahim</i>”, ku telan air ludahku, sedikit gugup. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Permisi Mbak, Bbboleh pinjam Pena gak…?” grogi berat menyelimutiku.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ O iya boleh kok, silahkan…!, dia mempersilahkan mengabil penanya di atas meja, merdu suaranya mebuatku makin salah tigkah. aku kemudian mengeluarkan serpihan kertas yang masih ada dalam saku kemeja biruku ini, ku satukan kertas itu seperti main <i>puzzle</i> di masjid tadi malam, kemudian ku tulis ulang kata-katanya. Berharab agar tidak mudah hilang dan mudah di baca pemliknya kelak. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Tulis apa mas, kok kertasya di sobek-sobek…?” tanyanya heran.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Ah… biasa mbak, eh maksud saya ‘neng’, ini lagi nyari seseorang dari tulisan ini,”<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Eh… kok dipanggil neng sih”, sanggahnya sedikit menolak.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Ya soalnya pak tua manggilnya gitu”, jawabku beralasan juga. Sambil menulis tulisan itu lebih diperbesar.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Huff…, kamu nulis apa sih, serius amat?” tanyanya cemberut tipis.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Entar ya neng makanya aku tulis ulang, biar orang lain bisa baca, soalnya yang pertama nulis ini orang lain yang kayaknya lagi stress”. Setelah menulis ini kemudian aku menyuruh gadis itu untuk membacanya, hatiku berharab dialah orangnya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Ni mbak kalau mau baca, tapi jangan di tanya maksudnya ya, soalnya ku juga belum bisa memahaminya” tawarku, sambil mengebalikan penanya. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">Belum lama dia membaca tulisan itu, dia kemudian merampas kertas kusut yang telah di sobek-sobek itu. Hampir saja aku membuangnya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Sekarang mas Ukaza Muhammad di mana mas….?” Tanyanya berharap penuh,<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ O… jadi sampean paham dengan tulisan ini, siapa namaya tadi?”<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Namanya mas Ukaza Muhammad, iya aku yang baca tulisan ini di telepon, aku tidak sadar kalau dia sampai menulisnya”, jawabnya dengan tetesan air mata di pipinya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Udah neng, sekarang aku ingin sampean mejelaskan meksud <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">lima</st1:city></st1:place> poin itu! Kok sampai membuat Ukaza Muhammad harus menerima fakta yang menikam dari sampean” <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">Lima</st1:city></st1:place> poin itu adalah Kriteria calon suamiku kelak. Itu yang selalu aku panjatkan pada Allah setiap sepertiga malamku”, jawabnya makin tegar, sambil mehapus air matanya dengan sisa tissuenya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Jadi dia bukan plilihan hati sampean neng…?” tanyaku berharab ada jawaban Allah dari suara merdunya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Bukan, dia putra kiyai dari Mojokerto. Dan saat ini sedang kuliyah di IAIN Sunan Ampel.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ O… itu toh jawabannya, sekarang aku sudah tau kenapa Ukaza menjadi sedih kemarin sore”, Jawabku sambil melihat pak tua yang sedang mengacungkan jempolnya padaku, apa maksudnya?<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Ehm…ehm… <i>warung Esku ni mo dijadikan Forum diskusi ta jangan lama na</i>…?” sentak pak tua, dengan canda logat makassarnya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Hahahaha…”, aku tertawa terbahak-bahak dibuatnya. Neng hanya terdiam dalam senyum manisnya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ O ya neng, boleh minta nomor Hp-nya gak?<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Boleh, tapi kalau boleh tau namamu sapa ya, dan asal mana kok lancar bahasa makassarnya, ?, tanyanya penasaran.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Namaku Muhammad Farrach, yang jelas aku orang jauh kok, lebih jauh dari asal pak tua itu”. Jawabku rileks sambil melirik pak tua yang tersenyum setuju.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ O… ya udah kita kenalan via Hp aja ya, gak enak ma pak tua, kasihan, entar gak ada yang beli lagi kalau kita duduk di sini lama-lama, hehehee…, ni Nomorku, di simpan ya, ku tunggu telponya malam ini”<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Alaaah neng ini, bapak cuman bercanda neng, justru adanya pean disini bisa buat warungku laris manis”,<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ hahahaha” serentak kami larut dalam tawa dan senyuman.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Ya udah salam kenal dariku ya”.pesannya penuh makna dan amanah, ia mulai mengendarai sepeda motornya. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Sama-sama neng, O ya Neng namanya siapa…?” teriakku lantang, hampir lupa nanya nama.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">“ Syauqiyatus Su’adah”. Teriaknya menjawab, dari balik helm pinknya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">***<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;">Begitulah kisah pencarian cinta meraka, dan tiga tahun setelah ta’arufanya, Su’adah dan Farrah yang masing-asing baru menyelesaikannya S.1 dan S.2 mereka pun menjawab kehendak Allah untuk sempurakan sepertiga Agamanya bersama-sama. [al] <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><i><span style="font-size: 10pt;"> </span></i><span style="font-size: 10pt;"> <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;"> <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;"> <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0cm 2.85pt 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;"><span style="font-size: 10pt;"> <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="color: white; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[1]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> <i>Ditulis dalam kutipan doa dan hikmah dari secuil kisah penulis pada sepertiga malam pertama di LPBA.</i><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn2"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[2]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> <i>Mantan Pemred Al-Qolbi (08’-09’)</i><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn3"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[3]</span></span></span></span></a> <span style="font-size: 8pt;">Respon atau Menghiraukan</span></div></div><div id="ftn4"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[4]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> (Jawa) suara yang kurang jelas bunyinya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn5"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[5]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Jamaah yang tidak nututi rakaat pertamanya imam dalam sholat berjama’ah<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn6"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[6]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Orang yang yang sholat sendirian<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn7"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;">[7]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 9pt;"> </span><span style="font-size: 8pt;">Bacaan Qur’an yang sesuai dengan Makrojnya<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn8"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[8]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Berbaik sangka<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn9"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[9]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Berburuk sangka<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn10"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[10]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Sholat sunnah setelah sholat fardhu <st1:city _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:place _moz-userdefined="" w:st="on">lima</st1:place></st1:city> waktu<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn11"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;">[11]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 9pt;"> </span><span style="font-size: 8pt;">Permainan meyusun gambar yang berantakan menjadi satu gambar utuh <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn12"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[12]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Sholat Fardhu yang <st1:city _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:place _moz-userdefined="" w:st="on">lima</st1:place></st1:city> waktu</span></div></div><div id="ftn13"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[13]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Ya saya <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:state _moz-userdefined="" w:st="on">kan</st1:state></st1:place> belum memasang kain den tendanya mas <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn14"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[14]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Lho anda orang makassar ya…?<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn15"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[15]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Ya iya lah, saya <st1:state _moz-userdefined="" w:st="on">kan</st1:state> jual es pisang ijo makanan khas Makassar di sini, ya saya asli <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on">Makassar</st1:place> lah.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn16"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[16]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Sama juga pak, kalau aku dari kendarinya, dekat dengan Makassar <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:state _moz-userdefined="" w:st="on">kan</st1:state></st1:place>, minta es pisang ijonya sata pak! <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn17"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[17]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Ooo pantas kau bisa berbahasa Makassar, ternyata kamu orang <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">sana</st1:city></st1:place> juga ya, ini esnya mas.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn18"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[18]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Ooo… neng itu ya, dia biasa nunggu temannya di situ. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn19"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[19]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Berapa harganya pak…?<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div id="ftn20"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=422109861029266544#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 8pt;">[20]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 8pt;"> Biasa Rp.5000,- aja<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div></div><div class="blogger-post-footer">jangan cuman ngopi ya...., tolong beri koment dong, agar semuanya tampak halal, ya...setuju gak....?</div>alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-422109861029266544.post-38195497021130991602010-02-01T20:46:00.001-08:002010-02-01T20:46:48.830-08:00poem lover<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAURANE%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCcvQS8ETn71uFMXAkZudd-AJ5PYBVdzl_OKc5Uu0Ggd3ElOpD-KJ8g4DUF6I-tkSI8zE4h1hKK1bkhQYAeUPjIZL1BkCDz1d5hvTb5dZGZ1eL5n7ISM4QUJpwnEbrOAoI9Pws-ZxxsxfD/s1600-h/uki.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div><a name='more'></a><br />
<br />
<blockquote><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCcvQS8ETn71uFMXAkZudd-AJ5PYBVdzl_OKc5Uu0Ggd3ElOpD-KJ8g4DUF6I-tkSI8zE4h1hKK1bkhQYAeUPjIZL1BkCDz1d5hvTb5dZGZ1eL5n7ISM4QUJpwnEbrOAoI9Pws-ZxxsxfD/s1600-h/uki.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCcvQS8ETn71uFMXAkZudd-AJ5PYBVdzl_OKc5Uu0Ggd3ElOpD-KJ8g4DUF6I-tkSI8zE4h1hKK1bkhQYAeUPjIZL1BkCDz1d5hvTb5dZGZ1eL5n7ISM4QUJpwnEbrOAoI9Pws-ZxxsxfD/s200/uki.jpg" width="200" /></a></blockquote><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 14pt;"><br />
</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 14pt;">CINTABASSAM<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 14pt;">(By Alief Assyauqi)</span></b><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">saat harmoni bisikan merdumu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">beralun memercikkan rasa rindu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">paa tempat doa hamba mengadu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">kutemukan rasa yang lebih syahdu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">rasa saat hati itu tersenyum<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">pada hatiku yang tersenyum<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">rasa yang hatinya merindu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">saat hartiku juga merindu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">hanya Allah yang tahu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">hati tulus insane yang tulus<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Hanya Allah yang mau<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Menuntun hati cinta sejati<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Jadilah apa yang Allah mau<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Walau badai menantangmu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Jadilah insa Allah yang diberitahu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Setelah menjaga hati dan pikiranmu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Cintai aku dalam kasih sayangmu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Lewat akhlaqul karimah duniamu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Sayangi aku dalam cintamu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Bersama munajat doa akhiratmu<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="blogger-post-footer">jangan cuman ngopi ya...., tolong beri koment dong, agar semuanya tampak halal, ya...setuju gak....?</div>alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-422109861029266544.post-67088626923919737422010-01-31T19:29:00.000-08:002010-01-31T20:17:40.250-08:00<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUyDS_ZcZc2bm_YLtxm-gqBuNry3aeVNIxSn5h44C7XRbd_Zpa9izsItWvN1AWugQvXBLabl7-fOuVsq7dwOD8EbBv-VOltnMwjX1fPU-UGY_ybLqJz5myZqlsySAOuWsAz38Ruq8sJOOs/s1600/Rotation+of+Syamsul++As'ad.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; cssfloat: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><span style="color: magenta;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUyDS_ZcZc2bm_YLtxm-gqBuNry3aeVNIxSn5h44C7XRbd_Zpa9izsItWvN1AWugQvXBLabl7-fOuVsq7dwOD8EbBv-VOltnMwjX1fPU-UGY_ybLqJz5myZqlsySAOuWsAz38Ruq8sJOOs/s320/Rotation+of+Syamsul++As%27ad.jpg" width="224" /></span></a></div><br />
<br />
<br />
<strong><span style="color: yellow; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-large;"> fenomena Ghoib Kiyai As'ad </span></strong><br />
<strong><span style="color: yellow; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-large;">Syamsul 'Arifin</span></strong><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><br />
<span style="color: #fce5cd;">Dikisahkan, pada suatu hari Kiai As’ad disuruh Kiai Wahab Hasbullah mengantarkan surat kepada Sunan Ampel. Dia tidak tahu isi surat itu, tapi dia tahu pasti kalau Sunan Ampel sudah almarhum puluhan, atau bahkan ratusan tahun silam. Namun, dia jelas tidak berani menolak perintah gurunya itu. Maka ke mana lagi dia berjalan kalau tidak ke makam sang sunan di Ampeldenta, Surabaya.</span></div><blockquote style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Tidak jelas bagaimana pengalaman spiritual yang diperoleh Kiai As’ad dalam mengemban tugas itu. Namun, yang pasti, reaksi Kiai Wahab, ketika dilapori bahwa suratnya sudah ditaruh persis di atas nisan sang sunan, beliau merasa bersyukur karena Sunan Ampel telah merestui pembentukan jam’iyah NU.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">“NU adalah tarekat saya, sesuai dawuh (perintah) Sunan Ampel,” tutur Kiai Wahab.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Dikiisahkan pula, ketika Nahdhatul Ulama mengadakan hajatan di Sukorejo, yaitu Munas Alim Ulama 1983 dan Muktamar NU 1984, bantuan logistik mengalir, bahkan melimpah, dari masyarakat, khususnya warga NU. Tujuh hari sebelum acara, tercatat telah terkumpul 20 ekor sapi, 50 ekor kambing, 200 ekor ayam kampung, 15 ton beras, dan lima truk gula, telur, sayur, dan buah-buahan. Semuanya berdatangan di Sukorejo.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Acara yang melayani 1.500 orang itu, tiap hari rata-rata menghabiskan lima sampai enam kuintal beras, 130 sampai 300 ekor ayam, lima ekor kambing dan sapi, satu sampai tiga truk sayur mayur dan buah kelapa, dan tak terhitung kayu bakar, baik yang diantar dengan truk maupun di antar sendiri secara rombongan dengan sepeda ontel. Juru masaknya pun tak dibayar, mereka mengharapkan barakah dari para kiai.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Saking tingginya minat menyumbang dari warga, panitia sampai menolak ternak-ternak sapi dan kambing lantaran mereka tidak mempunyai tempat penampungan. Namun mereka tak habis pikir, binatang-binatang itu kemudian mereka antar lagi dalam bantuk daging.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Bantuan itu tidak hanya berasal dari warga yang kaya. Ada seseorang warga yang hanya memiliki dua ekor sapi yang satunya sedang hamil. Karena untuk acara keagamaan dia menyumbang salah satunya kepada Kiai As’ad.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Anehnya, beberapa hari kemudian seorang “tamu asing” mendatangi warga tersebut. Padahal saat mmberikan sapi itu, selain tulus ikhlas, warga tersebut juga tidak mencatatkan nama dirinya. Lalu, siapa yang memberitahukan tamu asing itu? Lucunya, tamu asing itu ngotot memberikan sejumlah uang beberapa kali lipat dari harga sapi. Karena ikhlas menyumbang untuk kiai, uang itu ditolak dengan tegas. Tapi, si tamu asing menegaskan tak mau meninggalkan rumah itu bila tetap ditolak. Akhirnya, dengan terpaksa uang itu diterimanya juga.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Siapa orang asing itu? Manusia atau mahkluk alam lain? Wallahu a’lam.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Menundukkan Bandit</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Pada masa itu, di daerah Besuki, jemaah salah Jumat sangat sedikit sekali bila dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Setelah diteliti oleh Kiai As’ad, ternyata di sana ada seorang tokoh yang amat disegani masyarakat, seorang bajingan. Tanpa ragu-ragu, kiai mendatangi rumah tokoh tersebut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Mengetahui bahwa tamunya seorang kiai besar, tuan rumah jadi kikuk dan kelabakan. Mereka menjadi sangat terharu dan hormat, karena sang kiai tidak mempermasalahkan dan melecehkan “profesi”-nya. Hebatnya lagi, kiai yang alim dan memiliki banyak ilmu itu mengaku sanggup tinggal bersamanya di dunia dan akhirat. Kalau dia nyasar ke neraka, kiai akan berusaha menariknya ke surga. Syaratnya, dia harus mampu memenuhi masjid dengan warga sekitar dalam setiap salat Jumat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Diplomasi Kiai As’ad membuahkan hasil. Selain akhirnya orang-orang berbondong-bondong memenuhi masjid, sang bajingan itu akhirnya insyaf dan rajin ke masjid. Misteri apa yang ada pada diri Kiai As’ad sehingga mampu menundukkan bajingan itu? Inilah kelebihan Allah yang diberikan padanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Gebrakan Kiai</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Merasa dirinya berada di jalan yang benar, Kiai As’ad berani melakukan apa pun, termasuk melawan dan mengusir serdadu Jepang yang berada di depannya. Entah kekuatan gaib apa yang menyertai kiai asal Pamekasan, Madura, ini sampai meja yang berada di depannya hancur berantakan saat digebraknya dengan sangat keras.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">“Negeri ini milik kami!” teriak Kiai As’ad sambil menggebrak meja dengan sangat keras. “Negeri ini bukan milik Jepang. Kalian harus meninggalkan negeri ini. Kalau tidak, saya dan rakyat akan menyerang kalian!”</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Para hadirin tercengang. Meja yang kukuh itu retak dan kakinya menembus lantai! Pemimpin Jepang bercucuran keringat dingin. Ketakutan! Wajah kiai merah, tak ada yang berani menatap. Semua diam membisu!</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">“Kalian harus pulang sekarang juga!” kata Kiai As’ad.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Mau tak mau, pemimpin Jepang itu menyerah dan menandatangani persetujuan pemulangan tentara Jepang dari Desa Curah Damar Garahan, Jember, ke Surabaya, dengan catatan semua senjata harus ditinggalkan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Itulah hasil perundingan tokoh-tokoh masyarakat Karesidenan Besuki dengan pemimpin Jepang sekitar September-Oktober 1945 yang bertempat di Pondok Pesantren Sukorejo. Tentara Jepang akhirnya diangkut dengan kereta api ke Surabaya dengan kawalan anggota Pelopor, tentara keamanan Rakyat, Hizibullah Sabilillah, dan rakyat pada umumnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Suwuk Kiai</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Sebagai kiai dan ulama besar, Kiai As’ad tidak hanya menguasai banyak ilmu dari para guru dan kitab-kitab Hikmah, namun juga ilmu-ilmu yang bagi masyarakat masa kini sebagai ilmu-ilmu gaib. Maklum, murid-muridnya banyak dari kaum bromocorah, sehingga dia pun banyak mendalami ilmu kanuragan (kekebalan). Saat sesama mereka dibekali sebilah pedang serta celurit dan disuruh saling membacok. Tapi, tebasan pedang dan celurit itu tidak ada yang mencederai mereka.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Sebagian murid lain, ada yang diuji melompat dari pohon kelapa yang tinggi dan ternyata badannya tetap utuh serta segar bugar. Yang ajaib adalah saat di antara para murid itu mampu menjatuhkan puluhan buah kelapa hanya dengan sekali pandang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Di balik semua aktivitas itu, kiai sepuh yang sederhana ini terus-menerus membaca amalan-amalan agar tidak terlihat musuh. “Asma ini penting untuk mencuri senjata dan menyerang musuh,” tuturnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Para santri yang dulunya bromocorah, dua di antaranya bernama Mabruk dan Abdus Shomad, kemudian tergabung dalam Pasukan Pelopor itu, dan memang telah beberapa hari mendalami ilmu kanuragan serta silat. Mereka juga sudah di-jaza’ atau di-suwuk (ditiup dengan doa, atau disemprot dengan air yang sudah didoakan) oleh Kiai As’ad Syamsul Arifin. Keampuhan mereka itu dibuktikan dalam perjalanan di daerah Dabasah, dekat Bondowoso. Kebetulan di daerah tersebut terdapat sebuah gudang senjata Belanda. Pasukan Pelopor ini, dengan izin Allah SWT, berhasil mencuri 24 pucuk senjata dan sejumlah amunisi tanpa mendapat perlawanan. Dengan ilmu gaib khusus, anak buah Kiai As’ad itu berhasil masuk gudang tanpa terlihat oleh pasukan Belanda.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Pasir Jadi Dentuman Senjata</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Ketika mengadakan gerilya, beberapa pejuang tampak membawa pasir. Konon, pasir itu adalah pemberian dari Kiai As’ad kepada para pejuang itu. Pasir tersebut kemudian ditaburkan ke kacang hijau di dekat markas tentara Belanda atau di jalan yang akan banyak dilewati tentara Belanda.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Aneh, suatu keajaiban terjadi. Puluhan tentara Belanda yang bersenjata lengkap itu tiba-tiba lari terbirit-birit ketakutan sambil meninggalkan senjatanya. Mungkin mereka mengira suara pasir itu adalah suara dentuman senjata api. Padahal, saat itu para pejuang tidak membawa senjata api. Bagaikan mendapatkan rejeki nomplok, para pejuang itu seakan berpesta pora dan memunguti satu per satu senjata-senjata yang ditinggal Belanda itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Dalam kesempatan lain, sebanyak 50 anggota Laskar Sabilillah mohon jaza’ kepada Kiai As’ad ke Sukorejo sebagai bekal untuk berjuang melawan Belanda. Pertama-tama yang ditanyakan oleh Kiai As’ad adalah keteguhan mereka untuk berjuang. “Apakah kalian betul-betul ingin berjuang?” tanya Kiai As’ad.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">“Kami memang ingin berjuang, Kiai, asalkan kami diberi azimat,” jawab pemimpin rombongan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">“Oh, itu gampang,” jawab Kiai As’ad. “Be en entar bungkol, moleh bungkol (kamu berangkat perang utuh, pulang pun utuh).”</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Lalu Kiai As’ad mengambil air putih dan menyuruh mereka meminumnya sambil membaca sholawat. Setelah itu Kiai As’ad berpesan, “Kalian tidak boleh menoleh ke kiri dan ke kanan. Terus maju, jangan mundur. Kalau maju terus dan tertembak mati, kalian akan mati syahid dan masuk surga. Tapi, bila kalian mundur dan tertembak, kalian akan mati dalam keadaan kafir!”</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Mecah Diri</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Pada suatu hari, Kiai Mujib diajak Kiai As’ad menghadiri delapan acara walimah haji di luar kota. Kiai Mujib baru merasakan keajaiban yang dialaminya setelah kembali ke Sukorejo. Mereka berangkat pukul 20.30, dan pukul 22.30 telah berada lagi di Sukorejo. Padahal perjalanan pulang pergi saja memerlukan waktu dua jam, sementara mereka harus mengunjungi delapan kali acara yang tepatnya masing-masing sangat berjauhan. Ini belum lagi dihitung waktu Kiai As’ad memberi ceramah dan jamuan makan, yang tentu saja memakan waktu tidak sebentar.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Ini ajaib. Mana mungkin perjalanan yang seharusnya memakan waktu dua jam plus semua acara yang tempatnya saling berjauhan dan memakan waktu berjam-jam itu bisa dilakukan hanya dengan dua jam? Kiai Mujib mengemukakan kebingungannya itu kepada sopir kiai, H. Abdul Aziz.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">“Iya…iya, kenapa bisa begitu?” katanya sambil berulang kali melihat jam tangannya untuk menyakinkan diri bahwa saat itu memang baru pukul 22.30.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Seminggu kemudian, di Sukorejo, Haji Aziz memperoleh info mengenai keributan yang hampir saja terjadi di antara pemilik delapan acara walimah tersebut karena masing-masing ngotot didatangi kiai pada saat yang bersamaan. Akhirnya mereka sama-sama heran, sebab masing-masing mempunyai bukti berupa foto ketika kiai berada di rumah-rumah mereka.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Peristiwa seperti itu pernah dialami sendiri oleh Kiai As’ad ketika muda. Dia heran, ada kiai yang menjadi imam salat Jumat di tiga masjid dalam waktu yang bersamaan. Menurut kisah, Kiai As’ad bermakmun saat salat Jumat dengan imam Kiai Asadullah di Masjid Besuki. Bupati Situbondo, yang mendengar hal itu, membantah, dan sambil ngotot mengatakan bahwa Kiai Asadullah hari itu mengimammi salat Jumat di Situbondo, bahkan sang Bupati mengaku berdiri tepat di belakangnya. Penghulu Asembagus, yang kebetulan mendengar pertikaian itu, malah menimpali bahwa Asadullah menjadi imam salat di daerahnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Hal itu mengingatkan Kiai As’ad pada dawuh (perintah) Habib Hasan Musawa bahwa Kiai Asadullah telah mencapai maqam fana fi adz dzat, bisa menjadi tiga bhkan sepuluh dalam waktu bersamaan. Ilmu yang sama kelak kemudian hari juga dimiliki oleh Kiai As’ad</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Maqam Fana</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Mengetahui bahwa Kiai As’ad telah tertidur pulas, Kiai Mujib, yang memijit beliau, kemudian mencium badan sang kiai dari ujung kaki sampai ujung kepala. Namun, dia tidak mencium bau apa-apa. “Beliau ini sebenarnya ada apa-apanya tidak sih?” pikir putra Kiai Ridwan, pencipta lambang NU itu. “Apakah ini orang yang dikatakan sudah berada di maqam fana?”</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Tapi ternyata Kiai Mujib terkaget-laget. Tiba-tiba terdengar suara, “Pak Mujib, apa yang sampean cari. Apakah sampean mengira di dalam tubuh saya ini ada apa-apanya?”</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #fce5cd;">Dari pengalaman itu Kiai Mujib tersadar, lebih baik melihat beliau dari jauh. Ajaib! Kalau dilihat dari jauh terlihat agak samar tapi tampak, tapi kalau didekati tidak kelihatan. Sulit ditebak, seperti apa sebenarnya tingkatan maqom manusia yang bernama As’ad Syamsul Arifin itu.</span></div></blockquote><div class="separator" style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; clear: both; text-align: justify;"><br />
</div><div class="blogger-post-footer">jangan cuman ngopi ya...., tolong beri koment dong, agar semuanya tampak halal, ya...setuju gak....?</div>alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-422109861029266544.post-32568489558400722622010-01-31T00:19:00.000-08:002010-01-31T00:31:48.134-08:00hembusan cinta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZzBUer_YsWP6A90ahBhuEYG7NT2ykQU_k0Dfc7_DG_7Ooy_IGRTfb2mHwdybQcXt6V-InCSRELzfrueCuWFivbcH3s4PEz5DgHNR6qu8DVrD9G3djI4XC9LTl8liE2-HG1Te6HF3A2Kmv/s1600-h/aku.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZzBUer_YsWP6A90ahBhuEYG7NT2ykQU_k0Dfc7_DG_7Ooy_IGRTfb2mHwdybQcXt6V-InCSRELzfrueCuWFivbcH3s4PEz5DgHNR6qu8DVrD9G3djI4XC9LTl8liE2-HG1Te6HF3A2Kmv/s320/aku.JPG" /></a></div><div style="text-align: left;"> <span style="background-color: yellow;"></span><span style="background-color: black; color: red; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-large;">Hembusan cinta</span></div><blockquote style="background-color: black; color: #cfe2f3;">Aku senang mencintaimu dengan terarah:<br />
dengan sehembus bayu yang dideburkan<br />
Ar-Rahim kepada segumpal darah<br />
yang menjadikannya manusia.</blockquote><div style="background-color: black; color: #cfe2f3; text-align: left;"><br />
</div><blockquote style="background-color: black; color: #cfe2f3;">Aku senang mencintaimu dengan tertata:<br />
dengan selaksa aroma yang didesirkan<br />
lebah pengolah buah di hening sarang<br />
yang menjadikannya pencinta.</blockquote><blockquote style="background-color: black; color: #cfe2f3;">aku ingin mencintaimu dengan sederhana:<br />
dengan kata yang tak sempat diucapkan<br />
kayu kepada api yang menjadikannya abu</blockquote><div style="background-color: black; color: #cfe2f3; text-align: left;"><br />
</div><blockquote style="background-color: black; color: #cfe2f3;">aku ingin mencintaimu dengan sederhana:<br />
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan<br />
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada</blockquote><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="blogger-post-footer">jangan cuman ngopi ya...., tolong beri koment dong, agar semuanya tampak halal, ya...setuju gak....?</div>alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-422109861029266544.post-72497474061592610942010-01-30T01:12:00.001-08:002010-01-30T01:12:46.867-08:00<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUzj6GObMGy0xY9qQfNBoid5Ez72qR3QEdSOZryaq3qjovKOZKlwQrpFnnlFifjw6lxx2L0-6W3BcP_SgXT12SfMU0cEQiQie9wJn2_iQdweTB1pXbNdc-TsSGd-C9p9W4G9DUekibGdBF/s1600-h/alief2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUzj6GObMGy0xY9qQfNBoid5Ez72qR3QEdSOZryaq3qjovKOZKlwQrpFnnlFifjw6lxx2L0-6W3BcP_SgXT12SfMU0cEQiQie9wJn2_iQdweTB1pXbNdc-TsSGd-C9p9W4G9DUekibGdBF/s320/alief2.jpg" /></a></div><div class="blogger-post-footer">jangan cuman ngopi ya...., tolong beri koment dong, agar semuanya tampak halal, ya...setuju gak....?</div>alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-422109861029266544.post-89033677059758938842009-05-18T23:07:00.000-07:002010-01-30T00:00:32.091-08:00F I L M pakai H E L M<div align="right"><b><i><span style="color: yellow;"><span style="font-size: 180%;">MERAMU FILM SEBAGAI HELM</span><br />
</span></i></b></div><div align="right"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf18k9xLpUVbNfhq15DM7pkRsWZX6mMaAoPnpl1Ra-0GS4ErEn7xNlmLI-8tA3kCVABq34FFI5ApwE9lHRIq_0BwGWWBUIPRULClO5M5SaAtDjdzbzUM_M2eunaX207pcrcBZPpjEAfhuH/s1600-h/alief.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf18k9xLpUVbNfhq15DM7pkRsWZX6mMaAoPnpl1Ra-0GS4ErEn7xNlmLI-8tA3kCVABq34FFI5ApwE9lHRIq_0BwGWWBUIPRULClO5M5SaAtDjdzbzUM_M2eunaX207pcrcBZPpjEAfhuH/s320/alief.jpg" /></a></div><span style="color: yellow;">oleh: Alfithrah Arufa<br />
Perkembangan dunia kini semakin tampak jelas terus menghipnotis setiap penghuni dunia agar selalu menikmati buah dari modernisasi hasil karya dan karsa manusia, sebuah nilai esensi yang cukup menjadi sahabat karib manusia abad 21. Betapa besarnya nilai manfaat yang dikandung oleh teknologi modern, jika dimanfaatkan dengan baik, tentunya.<br />
Perkembangan teknologi telah melahirkan benih-benih informasi yang sangat akurat, dan actual, dengan mudahnya setiap orang dapat menjumpainya dimanapun, dan kapanpun mereka kehendaki, bahkan terkadang kita tidak perlu mencari informasi-pun, info tersebut kadang datang sendiri pada kita, ini membuktikan bahwa pesatnya perkembangan teknologi telah menyentuh setiap unsur dunia ini. Hal yang paling menonjol saat ini adalah perkembangan teknologi yang di arahkan pada dunia infotaiment, perfilman dan artistic contohnya. Berbagai hiburan kini dikemas dalam bentuk yang lebih terdesign rapi, indah dan berbobot modernisasi.<br />
Penggunaan teknologi yang semakin canggih, telah membuat manusia terbalut dalam pilihan. Kita telah menyadari apapun yang hendak kita kerjakan memiliki nilai-nilai tawaran untuk memilih, dan memastikan antara yang baik dan yang buruk, atau antara hitam dan putih. Dalam menentukan hak pilihan kita, tak ada yang mampu menghalangi apa lagi memaksa, karena hal tersebut merupakan hak asasi setiap individu di muka bumi ini.<br />
Dalam opini saya ini, sengaja saya tulis judul "Meramu Film sebagai Helm". Hal ini berdasarkan asumsi semakin melangitnya dunia perfilman nasional maupun internasional, akan tetapi moralitasnya masih membumi, artinya masih sulit terkendalikan oleh dunia perfilman itu sendiiri, terlebih dengan meluasnya sarana Teknologi Informatika (TI) di mana-mana yang juga kini malah tampak durhaka pada manusia. Padahal hasil ciptaan manusia sendiri, ya… tak menutup kemungkinan saking hebatnya karya-karya manusia, sampai-sampai karya-karya manusia tersebut akan menghancurkan manusia itu sendiri, sebabnya adalah ketidak mampuan manusia lagi untuk mengendalikannya, baik secara intelektual maupun spiritual.<br />
Hal ini serupa dengan film-film yang menjadi hidangan mentah bagi jendela dunia kita (mata), suatu awal kehancuran apabila manusia terhipnotis dan dikendalikan oleh tayangan-tayangan film yang apmoral dan membawa misi pengkroposan ideology dan psikology. Hal demikian terjadi sebab kurangnya intelegient dan spiritual Question seseorang, apa yang kita lihat seharusnya dapat diracik dalam otak kita sebagai pusat untuk memilih sebelum kita meresapi hikmah ataupun nilai-nilai positf yang dapat kita petik dari sebuah tayangan film ke dalam hati nurani kita, jadikan iman dan takwa kita sebagai "helm" yang bisa melindungi hati dan otak/pikiran kita dari kecelakaan moral dahsyat dan benturan ideology yang sangat keras, sehingga kita perlukan perawatan medis insaniyah dan ilahiyyah.<br />
Kalau kita ikuti perkembangan perfilman dewasa ini, kita jangan sampai tertipu dengan balutan dan tampilan yang bernuansa religi, tak jarang misi-misi negative juga terselip di balik tampilan film-film berjilbab ataupun berpeci tersebut. Karena setiap film yang dirilis tentunya memiliiki nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada setiap orang yang melihatnya. Kalau yang jelas berbau relegi saja harus diwaspadai aplagi yang bukan nuansa islami, Atau perasukan benalu itu bukan melalui nilai-nilai yang terkandung dalam inti tujuan film tersebut, melainkan dari pengurasan dan penguasaan yang tak kita sadari, yaitu film yang menikam kita lewat waktu. Banyak waktu yang kita sia-siakan, dan banyak waktu yang kita korupsikan untuk beribadah wajib (apalagi yang sunnah).<br />
Itulah deskripsi problema film-film yang yang harus kita waspadai, disamping itu juga banyaknya film yang kita konsumsi bernilai positif dan membangun jiwa serta semangat dalam berjuang menuju ridho Ilahi Robbi. Dan inilah yang harus kita ramu sebagai helm (pelindung) jiwa dan raga kita. Bagaimana dengan anda? </span></div><div class="blogger-post-footer">jangan cuman ngopi ya...., tolong beri koment dong, agar semuanya tampak halal, ya...setuju gak....?</div>alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-422109861029266544.post-66081592500471286012009-05-18T22:57:00.001-07:002010-01-30T00:01:20.728-08:00raih cita-cita lewat cinta<div align="justify" style="color: #ffff33;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoNMHvT98YMrN5UvQw-FLh8vTzaqnCwGKnoCL77tOWPJaBo4kmtwHP6RxQFeJ2xZt0SXg6sI-6O0v5NHgRsj8OTpB4WLAYDrHkzJSbdm_fXPtTy93de1YUzqX31qWXuRq4ZwpTxvgmJkuK/s1600-h/alief.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoNMHvT98YMrN5UvQw-FLh8vTzaqnCwGKnoCL77tOWPJaBo4kmtwHP6RxQFeJ2xZt0SXg6sI-6O0v5NHgRsj8OTpB4WLAYDrHkzJSbdm_fXPtTy93de1YUzqX31qWXuRq4ZwpTxvgmJkuK/s320/alief.jpg" /></a></div><b><span style="font-size: 180%;">RAIH CITA-CITA<br />
LEWAT CINTA<br />
</span></b></div><div align="justify" style="color: #ffff33;"><i>Oleh: Alfithrah AA<br />
</i><br />
Cita-cita, pasti semua orang mempunyainya. Demikian juga cinta. Kita mulai dari yang pertama. Setiap orang yang berpikiran ke depan pasti memiliki cita-cita. Semua orang berhak untuk bercita-cita dan untuk memperjuangkannya sampai cita-cita itu bisa diraih. Bahkan ada pepatah yang mengatakan, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit!” Ini maksudnya agar hidup kita mempunyai tujuan dan ada sesuatu yang akan kita perjuangkan untuk kita raih. Dibandingkan orang yang tidak memiliki cita-cita—yang biasanya hidup asal hidup, tanpa memiliki tujuan yang pasti—orang yang bercita-cita akan lebih optimis dalam kesehariannya, punya tujuan hidup dan melangkah pasti menjadi manusia pembelajar.<br />
Karena punya cita-cita, kita memiliki harapan. Dengan bercita-cita, ada yang kita tuju. Dan jika cita-cita itu telah menjadi kenyataan maka perasaan bahagia akan menyelimuti jiwa kita. Misalnya seorang gadis dewasa yang sekian lama mendambakan seorang pria tampan dan bertanggung jawab untuk menjadi suaminya. Ketika impian itu jadi kenyataan, di hari pernikahannya mungkin dia akan menangis… bukan tangis kesedihan tapi itu yang dinamakan “tangis bahagia”. Cita-cita yang sederhana bisa jadi penuh makna jika kita benar-benar memimpikannya.<br />
Di samping cita-cita, kita juga ternyata membutuhkan cinta, baik cinta (kasih sayang) dari orang tua, saudara, sahabat, lingkungan sekitar dan lebih khusus lagi dari seseorang yang kita harapkan akan jadi pendamping hidup kita. Kita selalu membutuhkan cinta sebagaimana kata pujangga, “Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga…” Ini hanya sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa sesungguhnya secara fitrah kita membutuhkan perhatian, kasih sayang dan cinta dari orang lain. Kita membutuhkan cinta kasih sesama manusia! Kita tidak dapat hidup sendiri. Jika kita sendirian maka kita akan kesepian. Dalam kesepian, kita akan merana dan hati akan meronta mencari kedamaian. Mencari cinta dari sudut pandang yang sempit bisa diberi makna mencari pendamping hidup yang nantinya menjadi pelabuhan cinta kita dalam sebuah mahligai rumah tangga melalui sebuah pintu pernikahan yang sakral.<br />
Sesuai dengan judul opini ini, Apakah cita-cita dan cinta bisa jalan bergandengan? Ini adalah sebuah pertanyaan bagaimana antara cita-cita dan cinta dalam hidup bisa kita raih, apakah bersamaan, cita-cita dulu baru cinta atau sebaliknya, atau yang satu harus mengorbankan yang lain…<br />
Menurutku “bisa”, cita-cita dan cinta bisa berjalan bersama, dengan alasan seseorang bisa lebih bersemangat dalam mengejar cita-citanya demi membahagiakan orang yang dicintai. Orang yang dicintai bisa bermakna orang tua, keluarga, orang yang nantinya menjadi jodoh kita atau orang yang patut kita sayangi sebagai rasa ta'dzim kita (guru kita). Siapa pun orang yang kita kasihi, pasti kita ingin mempersembahkan yang terbaik untuk mereka, karena mereka adalah orang yang berjasa dalam hidup kita.<br />
Pendapat di atas memang benar. Jika kita memiliki orang yang kita kasihi, kita berjuang dengan energi maksimal untuk meraih kesuksesan di bidang apa pun yang kita tekuni. Jika telah berhasil, semua buah dari jerih payah kita akan kita persembahkan untuk mereka yang kita kasihi. Kita memiliki energi pendorong yang berasal dari sebuah emosi yang disebut cinta. Energi ini sangat dahsyat bagi mereka yang tahu cara menggunakannya.<br />
Hal ini dapat kita pahami dari hasil penelitian David R. Hawkins, M.D., Ph.D selama 20 tahun yang menunjukkan bahwa perasaan cinta merupakan salah satu emosi yang berada pada level energi positif yang bisa memberikan percepatan terhadap terwujudnya keinginan kita. Dalam tabel Map of Consciousness, cinta berada di bawah level energi pencerahan, kedamaian dan suka cita. Sedangkan di bawah level energi cinta ada berpikir, penerimaan, kemauan, dan netralitas. Semua jenis emosi tersebut berada di atas baseline sehingga bernilai positif (memancarkan energi positif) dan mempermudah pencapaian segala sesuatu dalam hidup kita. Jenis emosi yang berada di bawah baseline dan merugikan karena mengikis energi kita adalah perasaan bangga, marah, keinginan (desire), takut, kesedihan mendalam, apatis, rasa bersalah dan rasa malu (shame). Semua perasaan/emosi di atas baseline bermanfaat dan yang berada di bawah baseline merugikan kita.<br />
Perasaan cinta memberikan pancaran energi positif yang membantu mempermudah terwujudnya apa yang kita inginkan. Cinta memberikan semangat. Lebih dari itu, cinta membuat jiwa kita lebih hidup. Cinta di sini adalah sebuah emosi yang memberikan pancaran energi, bukan dalam konteks perasaan manusia berlawanan jenis yang sedang dimabuk asmara yang kadang dicampuradukkan dengan nafsu. Pendek kata, jika kita bekerja pada level energi cinta maka segala sesuatu akan lebih mudah kita raih.<br />
Cita-cita dan cinta jelas bisa seiring selama orang yang kita cintai mendukung apa yang kita cita-citakan, atau kita telah mendapatkan cinta yang kita cita-citakan. Menurut saya, ini sangat masuk akal, karena jika orang yang kita cintai mendukung usaha kita maka kita akan mendapatkan sumber motivasi yang dahsyat. Jadi, kita tidak perlu susah payah menghadiri seminar-seminar motivasi atau membaca buku-buku motivasi karya motivator papan atas negeri ini. Cukup dimotivasi oleh seseorang yang kita cintai, jika itu memadai. “Mendapatkan cinta yang kita cita-citakan”, mungkin ini adalah yang diharapkan dari sebuah pencarian cinta.<br />
Sekarang, jika cinta itu kita maknai sebagai seseorang yang kita kasihi. Kita mencintainya karena berharap si dia akan jadi pendamping hidup kita. Dalam perjalanan meraih cita-cita ini mungkin akan bercampur dengan kisah Arjuna Mencari Cinta. Jadi, seperti kisah sinetron saja… Sambil meraih cita-cita kita menjalin cinta atau sebaliknya.<br />
Cinta yang goyah oleh jarak dan waktu bukanlah cinta yang murni walau mungkin mulut berikrar sehidup semati. Cinta seperti ini jika diukur seperti emas bukanlah emas 24 karat, namun emas sekarat yang berkarat, hehe…<br />
Ada lagi, sepasang muda-mudi menjalin cinta sambil meniti cita-cita. Eh, tiba-tiba si gadis berbadan dua gara-gara cintanya. Ini namanya MBA (Marriage by Accident). Cintanya bukanlah cinta yang suci, tapi cinta yang terpolusi oleh nafsu yang tak terkendali. Gara-gara peristiwa MBA ini, si gadis terpaksa harus keluar (atau dikeluarkan) dari sekolahnya. Padahal masa depannya akan cerah jika ia terus menempuh pendidikan sampai akhir. Cita-citanya kandas karena kesalahannya dalam memaknai cinta…<br />
Sebenarnya semua itu tidak harus terjadi seandainya si pelaku memiliki kedewasaan berpikir dan pengendalian emosi. Cinta yang berujung pilu (merugikan, memalukan, menyengsarakan) mungkin yang disebut cinta monyet. Bisakah pelakunya disebut monyet? Buktinya mereka tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk… sama dong dengan nyemot, eh… monyet! Biasanya cinta seperti ini dimiliki orang yang belum dewasa (tidak cuma usianya, namun juga pemikirannya). Terus, bagi orang yang sudah dewasa cintanya disebut cinta gorila dong…, habis gorila kan lebih besar dari monyet? Terserah Anda, mau nggak disebut gorila?!<br />
Ternyata dalam meraih cita-cita, energi cinta ini banyak sekali manfaatnya, baik untuk memotivasi maupun untuk penyeimbang jiwa kita yang pada dasarnya membutuhkan cinta. Dan yang lebih agung lagi, apapun yang kita lakukan dalam meraih cita-cita semuanya kita persembahkan demi meraih cinta yang hakiki, yakni cintanya Sang Pemilik Cinta. Dialah yang menciptakan kita dengan cintaNya, dengan sifat Rahman dan RahimNya. Milikilah sebuah “cinta” niscaya cita-cita akan lebih mudah tercapai! Saya sengaja menulis kata “cinta” dalam tanda petik, memberi kebebasan kepada Anda secara pribadi untuk memaknainya. Dengan demikian, jika cita-cita seiring sejalan dengan cinta, kaifa laa? [ar]</div><div class="blogger-post-footer">jangan cuman ngopi ya...., tolong beri koment dong, agar semuanya tampak halal, ya...setuju gak....?</div>alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-422109861029266544.post-51952921867471444502009-05-18T22:57:00.000-07:002010-01-31T19:52:16.520-08:00<div align="justify"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjO_BA1Uqn4NdZQkwopG056awvg9wXoxo5sDaZancjJMcAfgHXQOwvcE_jIC_poMS165VILb4OBztRDbRYQRR7iNgy5Cy4B-gOkFZRkPEn8qkg1fG6PQePIVu_4_F3vi-GrIxMttZvQkdbf/s1600-h/scinta.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" kt="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjO_BA1Uqn4NdZQkwopG056awvg9wXoxo5sDaZancjJMcAfgHXQOwvcE_jIC_poMS165VILb4OBztRDbRYQRR7iNgy5Cy4B-gOkFZRkPEn8qkg1fG6PQePIVu_4_F3vi-GrIxMttZvQkdbf/s400/scinta.jpg" width="400" /></a></div>RAIH CITA-CITA<br />
LEWAT CINTA<br />
Oleh: Alfithrah AA<br />
<br />
Cita-cita, pasti semua orang mempunyainya. Demikian juga cinta. Kita mulai dari yang pertama. Setiap orang yang berpikiran ke depan pasti memiliki cita-cita. Semua orang berhak untuk bercita-cita dan untuk memperjuangkannya sampai cita-cita itu bisa diraih. Bahkan ada pepatah yang mengatakan, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit!” Ini maksudnya agar hidup kita mempunyai tujuan dan ada sesuatu yang akan kita perjuangkan untuk kita raih. Dibandingkan orang yang tidak memiliki cita-cita—yang biasanya hidup asal hidup, tanpa memiliki tujuan yang pasti—orang yang bercita-cita akan lebih optimis dalam kesehariannya, punya tujuan hidup dan melangkah pasti menjadi manusia pembelajar.<br />
Karena punya cita-cita, kita memiliki harapan. Dengan bercita-cita, ada yang kita tuju. Dan jika cita-cita itu telah menjadi kenyataan maka perasaan bahagia akan menyelimuti jiwa kita. Misalnya seorang gadis dewasa yang sekian lama mendambakan seorang pria tampan dan bertanggung jawab untuk menjadi suaminya. Ketika impian itu jadi kenyataan, di hari pernikahannya mungkin dia akan menangis… bukan tangis kesedihan tapi itu yang dinamakan “tangis bahagia”. Cita-cita yang sederhana bisa jadi penuh makna jika kita benar-benar memimpikannya.<br />
Di samping cita-cita, kita juga ternyata membutuhkan cinta, baik cinta (kasih sayang) dari orang tua, saudara, sahabat, lingkungan sekitar dan lebih khusus lagi dari seseorang yang kita harapkan akan jadi pendamping hidup kita. Kita selalu membutuhkan cinta sebagaimana kata pujangga, “Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga…” Ini hanya sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa sesungguhnya secara fitrah kita membutuhkan perhatian, kasih sayang dan cinta dari orang lain. Kita membutuhkan cinta kasih sesama manusia! Kita tidak dapat hidup sendiri. Jika kita sendirian maka kita akan kesepian. Dalam kesepian, kita akan merana dan hati akan meronta mencari kedamaian. Mencari cinta dari sudut pandang yang sempit bisa diberi makna mencari pendamping hidup yang nantinya menjadi pelabuhan cinta kita dalam sebuah mahligai rumah tangga melalui sebuah pintu pernikahan yang sakral.<br />
Sesuai dengan judul opini ini, Apakah cita-cita dan cinta bisa jalan bergandengan? Ini adalah sebuah pertanyaan bagaimana antara cita-cita dan cinta dalam hidup bisa kita raih, apakah bersamaan, cita-cita dulu baru cinta atau sebaliknya, atau yang satu harus mengorbankan yang lain…<br />
Menurutku “bisa”, cita-cita dan cinta bisa berjalan bersama, dengan alasan seseorang bisa lebih bersemangat dalam mengejar cita-citanya demi membahagiakan orang yang dicintai. Orang yang dicintai bisa bermakna orang tua, keluarga, orang yang nantinya menjadi jodoh kita atau orang yang patut kita sayangi sebagai rasa ta'dzim kita (guru kita). Siapa pun orang yang kita kasihi, pasti kita ingin mempersembahkan yang terbaik untuk mereka, karena mereka adalah orang yang berjasa dalam hidup kita.<br />
Pendapat di atas memang benar. Jika kita memiliki orang yang kita kasihi, kita berjuang dengan energi maksimal untuk meraih kesuksesan di bidang apa pun yang kita tekuni. Jika telah berhasil, semua buah dari jerih payah kita akan kita persembahkan untuk mereka yang kita kasihi. Kita memiliki energi pendorong yang berasal dari sebuah emosi yang disebut cinta. Energi ini sangat dahsyat bagi mereka yang tahu cara menggunakannya.<br />
Hal ini dapat kita pahami dari hasil penelitian David R. Hawkins, M.D., Ph.D selama 20 tahun yang menunjukkan bahwa perasaan cinta merupakan salah satu emosi yang berada pada level energi positif yang bisa memberikan percepatan terhadap terwujudnya keinginan kita. Dalam tabel Map of Consciousness, cinta berada di bawah level energi pencerahan, kedamaian dan suka cita. Sedangkan di bawah level energi cinta ada berpikir, penerimaan, kemauan, dan netralitas. Semua jenis emosi tersebut berada di atas baseline sehingga bernilai positif (memancarkan energi positif) dan mempermudah pencapaian segala sesuatu dalam hidup kita. Jenis emosi yang berada di bawah baseline dan merugikan karena mengikis energi kita adalah perasaan bangga, marah, keinginan (desire), takut, kesedihan mendalam, apatis, rasa bersalah dan rasa malu (shame). Semua perasaan/emosi di atas baseline bermanfaat dan yang berada di bawah baseline merugikan kita.<br />
Perasaan cinta memberikan pancaran energi positif yang membantu mempermudah terwujudnya apa yang kita inginkan. Cinta memberikan semangat. Lebih dari itu, cinta membuat jiwa kita lebih hidup. Cinta di sini adalah sebuah emosi yang memberikan pancaran energi, bukan dalam konteks perasaan manusia berlawanan jenis yang sedang dimabuk asmara yang kadang dicampuradukkan dengan nafsu. Pendek kata, jika kita bekerja pada level energi cinta maka segala sesuatu akan lebih mudah kita raih.<br />
Cita-cita dan cinta jelas bisa seiring selama orang yang kita cintai mendukung apa yang kita cita-citakan, atau kita telah mendapatkan cinta yang kita cita-citakan. Menurut saya, ini sangat masuk akal, karena jika orang yang kita cintai mendukung usaha kita maka kita akan mendapatkan sumber motivasi yang dahsyat. Jadi, kita tidak perlu susah payah menghadiri seminar-seminar motivasi atau membaca buku-buku motivasi karya motivator papan atas negeri ini. Cukup dimotivasi oleh seseorang yang kita cintai, jika itu memadai. “Mendapatkan cinta yang kita cita-citakan”, mungkin ini adalah yang diharapkan dari sebuah pencarian cinta.<br />
Sekarang, jika cinta itu kita maknai sebagai seseorang yang kita kasihi. Kita mencintainya karena berharap si dia akan jadi pendamping hidup kita. Dalam perjalanan meraih cita-cita ini mungkin akan bercampur dengan kisah Arjuna Mencari Cinta. Jadi, seperti kisah sinetron saja… Sambil meraih cita-cita kita menjalin cinta atau sebaliknya.<br />
Cinta yang goyah oleh jarak dan waktu bukanlah cinta yang murni walau mungkin mulut berikrar sehidup semati. Cinta seperti ini jika diukur seperti emas bukanlah emas 24 karat, namun emas sekarat yang berkarat, hehe…<br />
Ada lagi, sepasang muda-mudi menjalin cinta sambil meniti cita-cita. Eh, tiba-tiba si gadis berbadan dua gara-gara cintanya. Ini namanya MBA (Marriage by Accident). Cintanya bukanlah cinta yang suci, tapi cinta yang terpolusi oleh nafsu yang tak terkendali. Gara-gara peristiwa MBA ini, si gadis terpaksa harus keluar (atau dikeluarkan) dari sekolahnya. Padahal masa depannya akan cerah jika ia terus menempuh pendidikan sampai akhir. Cita-citanya kandas karena kesalahannya dalam memaknai cinta…<br />
Sebenarnya semua itu tidak harus terjadi seandainya si pelaku memiliki kedewasaan berpikir dan pengendalian emosi. Cinta yang berujung pilu (merugikan, memalukan, menyengsarakan) mungkin yang disebut cinta monyet. Bisakah pelakunya disebut monyet? Buktinya mereka tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk… sama dong dengan nyemot, eh… monyet! Biasanya cinta seperti ini dimiliki orang yang belum dewasa (tidak cuma usianya, namun juga pemikirannya). Terus, bagi orang yang sudah dewasa cintanya disebut cinta gorila dong…, habis gorila kan lebih besar dari monyet? Terserah Anda, mau nggak disebut gorila?!<br />
Ternyata dalam meraih cita-cita, energi cinta ini banyak sekali manfaatnya, baik untuk memotivasi maupun untuk penyeimbang jiwa kita yang pada dasarnya membutuhkan cinta. Dan yang lebih agung lagi, apapun yang kita lakukan dalam meraih cita-cita semuanya kita persembahkan demi meraih cinta yang hakiki, yakni cintanya Sang Pemilik Cinta. Dialah yang menciptakan kita dengan cintaNya, dengan sifat Rahman dan RahimNya. Milikilah sebuah “cinta” niscaya cita-cita akan lebih mudah tercapai! Saya sengaja menulis kata “cinta” dalam tanda petik, memberi kebebasan kepada Anda secara pribadi untuk memaknainya. Dengan demikian, jika cita-cita seiring sejalan dengan cinta, kaifa laa? [ar]</div><div class="blogger-post-footer">jangan cuman ngopi ya...., tolong beri koment dong, agar semuanya tampak halal, ya...setuju gak....?</div>alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-422109861029266544.post-37373444320807663442009-05-18T22:09:00.000-07:002010-01-31T00:30:54.783-08:00Cinta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEmBct15o8aeIXilAdljGJqWcU_K_Up6Eevv-Ay-WBDgc61WDsIREG1bri8xyLZkZSpkmkrFx5cUyU1JH9RmewkV_mlMOeqJRnvmOCZqd7If3gvXQG4O8qVt1OXfSkRbsn95ar1Sq-A-c2/s1600-h/;love.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEmBct15o8aeIXilAdljGJqWcU_K_Up6Eevv-Ay-WBDgc61WDsIREG1bri8xyLZkZSpkmkrFx5cUyU1JH9RmewkV_mlMOeqJRnvmOCZqd7If3gvXQG4O8qVt1OXfSkRbsn95ar1Sq-A-c2/s320/;love.jpg" /></a></div><a name='more'></a><br />
<span style="color: yellow;"> KUTU CINTA DULU<br />
BARU KUDU CINTA </span><br />
<span style="color: yellow;"> oleh :M.Alfithrah A<br />
<br />
Kalau kita bicara masalah cinta, ya… memang gak ada habis-habisnya, soalnya cinta itu bagaikan jamur yang bisa tumbuh dimana saja, bagaikan bunglon yang bisa menyesuaikan diri kapanpun dia datang, cinta memang telah menjadi satu kesatuan dalam jiwa dan hati setiap makhluk hidup~kalau punya hati. Dengan rasa cinta, terkadang setiap insan dan insaniyah yang ada di permukaan bumi ini, dapat melakukan apapun yang mereka inginkan, apapun yang mereka senangi, sampai-sampai (kata orang-orang) tai pun rasa cokelat, ya! Bagaimana tidak, hal itu terjadi dan membara panas dalam sanubari hati terdalam, dalam akal sadar bahkan di bawah sadar.<br />
Sekalipun cinta merupakan lantunan merdu dalam bait-bait telaga kasih sayang, terkadang cinta bisa menjadi bara panas yang menghanguskan semua persaaan dan meleburkannya dalam pintu kebimbngan alias Stress cinta, tak jarang orang yang bahagia karena cinta tapi tak jarang juga orang yang menderita gara-gara cinta. Sebenarnya dalam prcintaan, yang di harapkan hanyalah kebahagian dan kasih sayang sejati antara sang pecinta yang sedang berlayar di samudra cinta mereka berdua bertiga atau lebih boleh gak ya?, Eiit… jangan bahas itu dulu, itu PR aja buat kamu?, tuh kan cinta memang selalu menimbulkan tanda Tanya, ada apa dengan cinta? (kaya judul film aja-AAC), jawabannya tahu gak?. Ternyata banyak orang coba-coba bercinta alias pacaran karena alasan gengsi gede-gedean, ikut-ikutan, atau Cuma sekedar numpang expresikan nafsu dan gaya, katanya mereka“hari gini gak puya pacar?”, mau jadi high kuality jomblo ya?, dan banyak lagi unkapan-ungkapan hangat lainnya.<br />
Wah… berarti kalau punya pacar hebat dong, bisa jadi ‘Ya’ bisa juga ‘Tidak’, punya pacar atau pernah bercinta belum cukup jadi standard hebatnya seseorang, Alhamdulillah kalau cintanya benar-benar expresi keikhlasan cinta bukan karena gensi, dan takut kuper (kurang percintaan/kurang pergalan). Terkadang orang-orang sulit memaknai Cinta yang mereka alami, mereka hanya bisa merasakan kehadirannya, lalu bingung apa yang harus mereka lakukan dengan rasa itu, apakah harus di curhatkan, dibuang atau harus di aplikasikan pada insan yang hadir di hatinya?, ini baru mau masuk, baru di pintu gerbang cinta, cinta sudah bikin pusing, apalagi mau masuk dalam percintaan, aduh… mendingan kalaian jadi kutu cinta dulu deh… tidak cukup kutu buku saja lho…! Ya ibarat sepeda, cinta perlu dituntun dan dipelajari juga.<br />
CINTA HARUS BUTA<br />
Pernah dengar istilah ‘Cinta Itu Buta’ nggak ?, bagaimana menurut anda?.<br />
Jika cinta itu buta maka buta juga hatinya. Cinta buta, hanya sebatas gerbang cinta, ketika cinta mau masuk dalam hati manusia, artinya cuma awalnya saja, karena cinta tak pandang bulu, kalau sudah jodoh dari-Nya, mau kemana, cinta tak akan lari jauh-jauh.<br />
Itulah gambaran cinta yang sangat sempit. Sekarang saya ingin anda bisa membutakan cinta anda, Pernahkah anda lihat orang buta?, cobalah anda menjadi sosok cinta yang buta seperti orang yang buta kedua matanya, apa yang anda rasakan dan apa yang anda lihat jika anda menutup kedua mata anda?, (jawab dalam hati!), dalam keadaan menutup mata, cobalah kau mengambil sesuatu yang anda senangi di sekitar anda!, bagaimana caranya agar anda bisa meraihnya? (jawab dalam hati!). ketika cinta dibutakan, tentunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, butuh renungan tinggi, untuk meraih sesuatu yang disenangi dalam keadaan buta, tentunya anda harus berpikir dimana benda itu berada, setelah tahu posisinya anda masih meraba-raba,inikah pilahanku? Setelah memastikan benda yang anda senagi itu, tentunya anda akan meraihnya dengan rasa senang hati.<br />
Begitulah cinta yang tulus dan tidak sempit etilogi, arti dari semuanya adalah, untuk meraih sesuatu yang di senangi dibutuhkan ikhtiyar, walaupun garis jodoh sudah ada dari-Nya, itulah yang dinamakan iktiyar cinta, karena jika cinta buta tanpa ikhtiyar, hanya kegelapan yang dapat hadir, tapi sebenarnya ada cahaya cinta di sana yang bisa menerangi kegelapan cinta (maksiat bin nafsu) dan menuntunmu menuju cahaya itu, itulah yang dinamakan cahaya cinta, cahaya yang memancar saat insan jadi kutu cinta, dan dapat menentukan cinta yang terbaik lewat mata cinta. Karena ada mata dalam mata hati, Ada cinta dalam cinta sejati. <br />
Kalau kita melirik buku SJ-nya bang Alayk Bafarah, disana mayoritas merupakan kajian tentang cinta, terutama lewat syair-syair romannya, nah kaya beliau ini bisa dikatakan kutu cinta. Memang cinta tak semudah menabur benih. Cinta akan bersemi tatkala ada keselarasan antara dua hati serta persepsi yang sama dalam memahami sebuah jalinan cinta kasih. Oleh karena itu cinta tak cukup modal fisik saja, tapi hati juga, (mestinya). <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</span><div class="blogger-post-footer">jangan cuman ngopi ya...., tolong beri koment dong, agar semuanya tampak halal, ya...setuju gak....?</div>alfithrah arufa Al-Kendariyhttp://www.blogger.com/profile/14015869859834181344noreply@blogger.com0